Sudah bukan lagi
waktu nya berdiam diri ditengah kegelapan kamar
Sudah habis masa
bergalau dan bersedih.
Biarkan semua
berjalan indah dengan apa adanya.
Tersenyumlah pada
yang jahat, tahan tangismu karena itu tiada guna.
Percuma
menitikkan air mata kecewa pada orang yang sudah berlalu bagi kita.
Bukalah hatimu
selebar-lebar nya untuk kebahagiaan, dan
Tutuplah
serapat-rapat nya hatimu untuk kesedihan dan kemurkaan.
Masih banyak
berjuta keindahan beredar disini.
Ada bulan, ada
bintang, masih ada matahari yang berpendar, yang dengan giat terus membakar dan
menghangatkan sekujur tubuh ini. Masih banyak bunga bermekaran, masih bermilyar
senyuman, kenapa harus menangis dan sedih lagi?
Kesedihan hanya
sementara, sementara kebahagiaan akan abadi selamanya.
Tahan dirimu
untuk mengulang hal-hal bodoh lagi,
Lekas gelar tikar
kepintaran dan kelogisan.
Gunakanlah akal,
jangan hanya melulu mengedepankan perasaan! Tremendous./25 april 2012
Sudah kamu ingat
rasa sakit itu? Yang kembali terulang sekarang. Hahaha sudah lama ya dia tak
berkunjung ke hati dan harimu. “patah hati” begitu bukan kau menyebutnya.
Sudah ingat
betapa pedihnya perasaan itu? Sudah ingatkah saat dulu kamu tak berdaya tergolek
tanpa tenaga?
Sekarang coba
pikir, lets open mind, sebegitu berharganya kah dia untuk mu sehingga kau bagai
berkabung kala putus cinta dengannya? Dia milik orang lain, dia bukanlah
tempatmu menambatkan tali perahu, dia bukan tempat singgah yang tepat. Dia tak
membuka hatinya untukmu, lantas kenapa kau harus membuka terus hatimu untuknya?
Mulai sekarang,
jangan lagi peduli tentang kenangan dan masa lalu yang terlalu manis itu,
lupakan semuanya! Dia sudah tak lagi mengharapkan mu, mungkin dia sudah menemukan
yang baru yang jauh lebih baik dari sekedar kamu!
Mulai sekarang,
berpikirlah dengan pikiran sehat hamidah, lupakan lah dia, dia sudah
melupakanmu. Bukankah kamu sendiri yang berkata padanya beberapa bulan yang
lalu “bahwa semua awal pasti ada akhir.” Lantas kenapa sekarang kamu sendiri
yang seolah melemah dan tak mempercayai statement mu sendiri. Mana kamu yang
kuat? Kamu bisa lakukan segalanya tanpa dia! Jadilah mandiri, masih banyak
keindahan di dunia ini walau tanpa dia. Hidupmu masih penuh tambah jika hanya
berkurang dia.
Dia sudah
melupakanmu, untuk apa kau terus berusaha meyakinkan dirimu bahwa masih ada
celah diantara kalian berdua untuk bersatu kembali?
Habis sudah
cerita, klimaks nya telah dilalui begitu pula akhir nya. Semua sudah berlalu.
Apa lagi yang mau
kau tunggu dan kau pertahankan? Sudah tidak ada! Sama sekali tak ada!
Semua sudah usai,
tembok besar sudah dibangun memisahkan kalian berdua!
Jalani hidupmu
sendiri, dan dia juga sudah jauh pergi meninggalkanmu menjalani hidup dan rutinitas
semula miliknya yang tanpa ada nama dan agenda tentang kamu disana.
Sudahlah
ikhlaskan saja, bukankah kamu sendiri yang mengakhirinya, kenapa kini kau
menyesal?
Ini keputusanmu
bukan, bukankah ini yang kau tunggu semenjak dulu, menjauh darinya?
Sudahlah
ikhlaskan saja, semoga dia mendapatkan yang lebih baik darimu dan kau juga akan
mendapat yang lebih baik dari dia.
LIFE MUST GO ON. Jangan menjadi stagnan dan hilang
arah. Dia bukan
kompas, dia juga bukan lentera. Dia
hanya manusia biasa. Anggap saja kau hanya terjebak dilubang kecil, segeralah
bangkit, ini bukan jurang atau neraka, kau masih bisa berdiri dan berjalan
kembali. Kau tidak terluka apa-apa, kamu masih baik-baik saja.
Semangat mid, tak
perlu membabi buta marah dan berontak. Terimalah nasib dan takdir. Tuhan
menyayangimu dan menyelamatkanmu agar tak semakin dalam kau terperosok dan
hancur berantakan. J
Adalah sebuah
peristiwa patah hati yang menjadikanku terinspirasi dan bangkit lewat tulisan. Adalah
sebuah cerita haru tentang cinta remaja yang menjadikan aku harus bangkit dari
luka dan duka. Bukan sebuah cerita tentang cinta setiga yang seolah sudah hafal
kita membacanya, bukan pula sebuah pengkhianatan cinta atau perselingkuhan, itu
terlalu menyakitkan kurasa. Ini hanya tentang masalah sederhana yang awalnya
kupikir bukanlah sesuatu yang akan bisa menjadikan kita bercerai berai seperti
ini. Hanya tentang perbedaan prinsip dan pandangan. Sesuatu yang kurasa amat
biasa, namun ternyata itulah dasar dari semua hubungan yang ada didunia .
Ketika perbedaan
seolah menjadi sebuah jurang curam yang tak sanggup kita satukan, dengan
keegoisan masing-masing kita mempertahankan pendapat, tanpa ada yang mau
toleran atau mengalah.
Kita memang hanya
sepasang teman dalam tanda kutip, yang dengan lugu sama-sama saling berpikir
untuk tidak pacaran. Namun pernah kita mencoba untuk menyatukan hubungan ini
sama seperti layaknya kawula muda masa sekarang, tapi lagi-lagi itu tak
benar-benar terjadi alias hanya menjadi candaan dalam persahabatan hangat yang
membawa-bawa nama cinta. Kita saling malu kala teman-teman sepermainan kita
memaksa, mendesak, atau mengatai kita telah berpacaran. Kita tidak terima
dengan julukan itu, kita seolah anti dengan kata itu, karena merasa pacaran
akan menjadikan lunturnya solidaritas masa SMA.
Tapi mungkinkan
semua itu salah satu pertanda Tuhan jika kita memang bukanlah jodoh untuk
selamanya? Tuhan menjadikan kita saling bersikukuh untuk tidak
menyatukan perasaan.
Dalam bayang remang-remang ketidak jelasan kalimatmu, kau
pernah bilang akulah istri mu masa depan. Haha, dulu aku berharap besar pada
ucapmu itu, namun kini aku tahu bahwa setiap pria ataupun wanita bisa dengan
mudah mengatakan itu pada pasangannya.
Tuhan, aku benar-benar ingin menangis menatap semua
tempat-tempat itu, bukit itu, semua kenangan-kenangan berlebihan dan ‘alay’
masa remajaku. Dalam canda kami berharap, dalam marah kami berdoa, bahkan dalam
tangis kami saling mengadu, persatuan jiwa yang pertama kali kurasakan dalam
hidupku.
Kala itu aku memang sudah menginjak usia 17 tahun, usia
dimana seorang gadis yang duduk dibangku SMA bisa dikatakan sudah matang dalam
hal cinta monyet. Tapi begitukah dengan ku dan dia? Kenyataan nya tidak, aku
malah baru pertama kali jatuh cinta sedalam itu pada lawan jenisku. Bukan
berarti sebelum nya aku tak pernah jatuh cinta. Namun cintaku yang sebelumnya
tak seperti ini, bahkan seumur hidupku aku tak pernah berpacaran. Mungkin semua
gadis seumuranku akan merasa sedikit kaget mendengar ku belum pernah pacaran,
sedangkan umumnya gadis SMA sudah pernah berpacaran lebih dari 3 kali atau
bahkan sudah belasan kali. Dan ternyata Tuhan mempertemukan aku dengan pria
yang sama tak jauh beda dengan latar belakangku. Dia juga belum pernah
merasakan berpacaran, walau dia memang pernah dekat dengan seorang gadis.
Hah, inilah masa
yang amat membingungkan. Ketika aku kehabisan kata-kata. Aku sedih
mengingat semua.
Aku benci belajar
terus menerus, karena kala aku melihat buku, yang ada dalam bayanganku adalah
dia yang sedang mengejarku sambil lari kencang dari belakang. Dia ingin
mendahuluiku dan dia sangat terobsesi untuk itu.
Dulu, hal itu
menyenangkan dan membuatku tertantang. Tapi kini, aku semakin marah dan jengah
dengan sikapnya yang terlalu berlebihan memaknai perbedaan. Apalah artinya
semua ini? Kamu juga pernah melakukan dosa, jangan terlalu menghakimi orang
lain. aku membenci kamu yang bersikap seperti itu. Mau menang dan menang,
lantas lupa dengan persahabatan dan menganggap segalanya harus diselesaikan
dengan permusuhan, keseriusan yang berlebihan, atau bahkan perang? Begitu kah
kamu ternyata?
Sungguh aku masih
menyukaimu, sampai detik inipun iya! Tapi tidak dengan sifat seriusmu yang
berlebihan itu. Kamu kenapa jadi seperti ini? Beginikah kamu yang selalu
berlebihan dalam bersikap. Ketika bengal maka kamu akan menjadi paling hancur
dan nakal, namun ketika rajin kamu akan menjadi yang terjujur dan terpandai
kemudian mengutuk kebohongan dan kebodohan. Sejak kapan Tuhan memberimu wahyu
dan menganggakatmu menjadi rasul dan nabi? Sejak kapan Tuhan menitipkan sayap
dipundakmu hingga kau berlagak malaikat dan seolah benar sendiri?
Aku juga butuh
waktu untuk bisa bangkit menjadi baik, tidak serta merta dalam sekejap mata
atau semudah membalikkan telapak tangan aku bisa menjadi seperti yang kamu
minta. Bahkan aku tak pernah mengerti kenapa kau tega mengatakan aku ini
musuhmu? Padahal aku masih menyukaimu. Saat itu ragu beraduk dengan emosi,
menjadikan aku berfikir ”masih perlukah aku memelihara rasa ini sedang orang
yang kucintai sudah menganggapku nol dan hitam pekat dimatanya?”
Maafkan aku,
kurasa juga bukan salahku jika aku mengakhiri nya dulu., kurasa juga bukan benar-benar
mauku mengatakan itu semuanya dulu, namun karena ada api darimu, maka muncullah
asap dariku./hamidah12april2012